Untuk mencapai kemakmuran kota ada 7 (tujuh) aset wilayah yang perlu diperhatikan dalam pengembangannya, yaitu (Friedmann (2006) : (1) aset penduduk (human assets); (2) organisasi sosial kemasyarakatan (organized civil society); (3) aset budaya (cultural assets); (4) aset intelektual dan kreativitas (intellectual and creatives assets); (5) aset sumberdaya alam (natural assets); (6) aset lingkungan (environmental assets); dan (7) aset kualitas infrastruktur perkotaan (the quality of urban infrastructure as an asset).
Liveabilitas, Habitabilitas
Kebutuhan dasar penduduk, kualitas hidup dan kehidupan penduduk kota di masa depan salah satunya yang paling pokok akan ditentukan oleh tempat hunian (rumah dan perumahan) yang memadai dengan keamanan yang terjaga, di samping kesempatan pendidikan untuk menuju dunia modern bagi anak-anak, dan akses untuk pelayanan kesehatan yang baik.
Di samping kebutuhan dasar di atas, asset intelektual dan kreativitas penduduk kota merupakan pilar utama yang lain yang akan mendukung pengembangan dan pembangunan kota : yaitu kualitas lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian, penghargaan terhadap “living human treasures”, seniman dan budayawan, kaum intelektual dan ilmuwan, di samping musisi dan penulis, penyair dan sutradara, aktor dan penari yang mewarnai kekuatan kreatif kota.
Pekerjaan kreatif ini memerlukan dukungan publik. Tambahan pula, penelitian dan pengembangan memerlukan ketenangan dan kreativitas. Kota dituntut untuk dapat menyediakan lingkungan hidup yang nyaman dan aman dihuni (liveable, habitable). Dalam pada itu, Pemerintah Kota, dalam batas-batas peraturan dan perundangan yang ada dapat bekerjasama dengan pihak swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat warga kota, dalam penyediaan prasarana yang diperlukan sebagai wujud kebutuhan fisiknya seperti : laboratorium penelitian, lembaga riset, universitas, studio, galeri dan tempat pagelaran.
Bagian Kota Tua Pameran mobil antik
Warisan sejarah (heritage) berupa lingkungan terbangun yang berbeda dan vibrancy kehidupan budayanya merupakan aset budaya yang mendesak dilakukan percepatan konservasi. Ada dua kegiatan yang utama : (i) konservasi warisan sejarah fisik (physical heritage) merujuk kepada bangunan bersejarah, lingkungan perkotaan yang berbeda, dan monument bersejarah; dan (ii) pelestarian tradisi kebudayaan keseharian yang merupakan vibrancy kehidupan kebudayaan Kota, seperti tradisi populer warga masyarakat yang merupakan partisipasi semua golongan umur yang diselenggarakan setiap tahun : Festival musiman, festival bunga keliling (peringatan hari ulang tahun Kota), festival tari, prosesi keagamaan, peringatan hari jadi.
Rencana MRT Jakarta
Visitabilitas
Bentang alam, hutan kota, perlu dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, edukatif dan dinikmati. Kota akan tetap tergantung pada sumber daya alamiah yang ada yang akan terus menunjang kualitas kehidupan berkelanjutan, sehingga ekspansi dari luar perlu dibatasi dan perencanaan yang sesuai untuk keragaman penggunaan lahan kota perlu dipastikan guna pembangunan kota yang harmonis dari berbagai fungsi yang seringkali saling bertentangan. Kota dan wilayah sekitarnya berelasi simbiotik. Perluasan fisik kota yang tak-terkendali tidak hanya merusak sumber alam yang ada tetapi membangkitkan biaya ekonomi, sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mengikis hasil pembangunan.
Sangat dekat berhubungan dengan sumberdaya alamiah adalah lingkungan, termasuk daya dukung lahan untuk mendukung permukiman berkepadatan tinggi yang penting untuk kelangsungan kehidupan kota.
Sangat penting diingatkan bahwa sumberdaya alami dan lingkungan kota harus didukung oleh penyediaan dan pengelolaan aset kualitas infrastruktur perkotaan yang notabene memerlukan porsi anggaran besar dari Pemerintah Kota.
Air Mancur Bernyanyi di Taman Monas
Investabilitas
Kota yang makmur sejatinya dapat dilihat dalam pembangunan progresif aset dasar yang terencana dan mendukung usaha mandiri. Kemakmuran yang nyata tidak diukur dengan hanya pertumbuhan produk regional bruto suatu kota, statistik yang menyembunyikan lebih dari yang diungkapkan. Pemilahan data diperlukan untuk menaksir kemakmuran nyata kota, data perlu dihimpun per kecamatan bahkan per lingkungan untuk mengungkapkan variasi sinyifikan lintas ruang.
Kota yang makmur sejatinya dapat dilihat dalam pembangunan progresif aset dasar yang terencana dan mendukung usaha mandiri. Kemakmuran yang nyata tidak diukur dengan hanya pertumbuhan produk regional bruto suatu kota, statistik yang menyembunyikan lebih dari yang diungkapkan. Pemilahan data diperlukan untuk menaksir kemakmuran nyata kota, data perlu dihimpun per kecamatan bahkan per lingkungan untuk mengungkapkan variasi sinyifikan lintas ruang.
Angka kemakmuran rata-rata tidak begitu berguna untuk analisis kebijakan dan perencanaan kota. Untuk setiap wilayah Kecamatan dengan begitu banyak aset harus dievaluasi secara terpisah dikaitkan dengan investasi dan hasil pencapaiannya. Peta yang menunjukkan ukuran outcome dapat dibuat bersama masyarakat secara lebih luas untuk memperoleh suatu pemahaman yang komprehensif situasi yang ada, hasil yang diperoleh atas perioda perencanaan yang lewat, disparitas yang masih ada, dan solusi yang
diusulkan
.
Rencana Menara jakarta 558 m
Dialog publik berkisar informasi bersama mengenai
masalah ini menjadi basis rencana tindak putaran berikutnya. Membangun aset sendiri dengan investasi secara mantap akan lebih memberikan sumbangan pembangunan perkotaan dibanding mengundang investasi dari perusahaan global yang notabene modalnya bersifat mobil.
(dirangkum Harianto P Joyoprayitno di Fb Jurnal Planologi dari ‘The Wealth of Cities: Towards an Assets-Based Development of Urbanizing Regions’
John Friedmann 2006)
(dirangkum Harianto P Joyoprayitno di Fb Jurnal Planologi dari ‘The Wealth of Cities: Towards an Assets-Based Development of Urbanizing Regions’
John Friedmann 2006)