foto ilustrasi : istimewa)
MRT atau Mass Rapid Transit adalah salah satu solusi pengurai kemacetan lalu lintas di Jakarta. Seperti kita ketahui, kemacetan di Jakarta semakin parah dari tahun ke tahun. Volume kendaraan yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan penambahan ruas jalan sehingga diprediksi tahun 2020, Jakarta akan mengalami kemacetan total. Maka dari itu pemprov DKI membuat sebuah solusi strategis dengan membangun sebuah sistem transportasi berbasis rel yang disebut MRT.Bagaimana persiapan dan teknis pelaksanaannya ? Berikut ini kita ikuti pembahasannya
Jalan layang lebar yang macet di China, Bagaimana dengan jakarta ?
Melalui sebuah Institusi resmi yang dibentuk oleh pemerintah DKI Jakarta yaitu PT. MRT Jakarta, diharapkan langkah ini dapat dilaksanakan secepatnya sebelum tahun 2020. Diharapkan dengan adanya MRT Jakarta, dapat menekan angka kemacetan di jalan raya Ibu kota. Beberapa negara tetangga yang sudah menggunakan sistem transportasi seperti ini, di antaranya Singapura, India, Malaysia,Thailand, Cina dan Jepang.
Mengacu Tokyo dan New York yang sangat besar penduduknya seperti di Jabodetabek. Di Jakarta kepadatan jalannya 6,2 persen, di 2 kota tersebut sekitar 18 persen. MRT dan angkutan umum di sana juga sangat intensif,
Mengacu Tokyo dan New York yang sangat besar penduduknya seperti di Jabodetabek. Di Jakarta kepadatan jalannya 6,2 persen, di 2 kota tersebut sekitar 18 persen. MRT dan angkutan umum di sana juga sangat intensif,
RENCANA TEKNIS MRT JAKARTA
MRT Jakarta direncanakan akan beroperasi 2 jam lebih lama daripada Busway yaitu mulai dari jam 5 pagi hingga jam 12 malam. Sedangkan interval kedatangan dibagi dua yaitu tiap 5 menit untuk jam sibuk (05.30-09.00 dan 16.30-18.30) dan tiap 10 menit diluar jam sibuk dengan toleransi keterlambatan 20 detik ditiap perjalanan. Semua sistem operasi akan dikendalikan melalui Operation Control Center (OCC) yang akan ditempatkan di Stasiun Lebakbulus. MRT akan menggunakan kereta yang sama dengan KRL dengan kecepatan rata-rata 31 km/jam meskipun bisa dipacu dengan kecepatan maksimum 110 km/jam.Satu set kereta MRT akan memiliki 6 gerbong dimana tiap gerbong masksimal bisa diisi 200 orang. MRT yang berbasis rel rencananya akan membentang sekitar 110,3 kilometer. Terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang 23,3 kilometer dan Koridor Timur – Barat sepanjang 87 kilometer. Untuk depo Kereta akan menggunakan lahan Stadion Lebak Bulus. Jadi stadion lebak bulus akan digusur diganti dengan station Lebak Bulus. Sedangkan stadionnya akan dicarikan pengganti yang lebih baik. Stadion Lebak Bulus sudah harus dikosongkan, jadi pada Maret 2012 diharapkan semua lahan untuk MRT sudah dibebaskan.
Yang akan dibangun dahulu adalah koridor Selatan – Utara akan dibangun dua tahap. Tahap pertama Lebak Bulus – Bunderan HI, akan dibangun sepanjang 15.5 meter dengan 13 stasiun dibagi 7 stasiun elevated (diatas tanah sepanjang 10,5 kilometer) yaitu Lebakbulus, Fatmawati, Cipete Raya, H Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangaraja - dan 6 stasiun subway (bawah tanah sepanjang 5 kilometer) yaitu Masjid Al-Azhar, Istora Senayan, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran HI. Sedangkan tahap ke II dari Bundaran Hotel Indonesa ke Kampung Bandan sepanjang 8,1 kilometer yang akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018.
SKEMA PEMBIAYAAN MRT JAKARTA
MRT Jakarta akan dibangun dengan biaya dari pinjaman dana JICA (Japan International Cooperation Agency) sekitar 144 miliar yen atau 15 Triliun Rupiah dimana loan agreement antara dua negara (Jepang-Indonesia) sudah ditandatangani. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah mengeluarkan instruksi untuk menyelesaikan MRT tahap I (Lebak Bulus – Bundaran HI) sesuai target, yakni November 2016.
Dengan total nilai proyek sekitar 144 Milyar Yen terdiri dari pinjaman sekitar 120 Milyar Yen dan selebihnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta (APBD) DKI Jakarta. Biaya proyek akan ditanggung bersama antara Pemerintah Pusat (42%) dan Pemerintah Daerah (58%). Pemilihan lahan pengganti stadion Lebak Bulus yang akan digusur akibat pembangunan depo MRT masih terus dilakukan Pemprov DKI.
KENDALA
Kendala terbesar tentunya adalah kendala biaya yang mencapai 15 Triliun Rupiah, meskipun dana tersebut sudah ada, tetapi tetap saja merupakan dana pinjaman yang harus dikembalikan dimana hal ini tentu saja menambah beban utang pemerintah Indonesia. Selain itu besarnya kebutuhan teknis yang harus dipenuhi untuk mengadakan jalur bawah tanah untuk MRT ini. Pertimbangan ini menjadi makin masuk akal mengingat Jakarta adalah daerah rawan banjir.Tentunya butuh perencanaan yang matang untuk melubangi jalan di bawahnya dengan sebuah jalur transportasi umum. Hal lain adalah kendala proses konstruksinya. Pada saat ini saja proses pembangunan proyek jalan layang non tol diatas jalan Casablanca sudah menyebabkan kemacetan luar biasa didaerah segitiga emas Jakarta tersebut. Tetapi lepas dari itu semua, langkah ini patut diapresiasi positif sebagain bagian dari upaya membuat Jakarta lebih nyaman daripada saat ini. Mari kita tunggu saja, 9 tahun kedepan kita sudah bisa jalan-jalan di Jakarta dengan leih nyaman. (Rudy Dewanto)
Tarif Penumpang MRT
Mengenai tarifnya, PT MRT Jakarta memprediksi tarifnya ada di kisaran Rp 15.000 per orang dengan asumsi jumlah penumpang mencapai 174.000-261.800 orang per hari, dan subsidi pemerintah Rp 3,1 triliun dalam 11 tahun, atau Rp 2,2 triliun dalam 22 tahun. Sedangkan bila tanpa subsidi, tarifnya mencapai Rp 35.000 per orang.
Gubernur DKI Jokowi mengatakan dengan tarif yang mahal, konsumen akan memilih menggunakan transportasi sepeda motor.
Perusahaan MRT untuk menekan harga tiket akan melakukan Transit Oriented Development (TOD).
Sistem TOD adalah pengembangan stasiun MRT dengan properti yang menghasilkan laba seperti pusat perbelanjaan/Mal atau aktivitas lainnya.via : finance.detik.com