Thursday 26 December 2013

Melongok Chatuchak : Pasar Mingguan Terbesar di Thailand



Kalau kita jalan jalan pagi di kota Bandung di hari minggu nampak banyak orang berjualan di sepanjang jalan di depan Gedung Sate. Tempat ini menjadi Sunday Market  yang mengasyikkan dan melibatkan banyak pedagang profesional maupun yang amatiran/baru belajar dan nampaknya terus berkembang. Diharapkan hal ini nantinya bisa seperti Pasar Chatuchak di Thailand. Bagaimana  bentuk pasarnya ? mari kita lihat berikut ini  

Chatuchak Weekend Market adalah salah satu pasar terbesar akhir pekan di dunia. Ada lebih dari 15.000 toko di pasar Chatuchak dan memiliki sekitar 500.000 pengunjung setiap minggu. Pasar Chatuchak di terletak di conner dari Phaholyothin jalan dan Kamphaeng Phet jalan.


Aksesori dan bunga imitasi 

Chatuchak Weekend Market adalah salah satu pasar terbesar akhir pekan di dunia. Ada lebih dari 15.000 toko di pasar Chatuchak dan memiliki sekitar 500.000 pengunjung setiap minggu. Pasar Chatuchak di terletak di conner dari jalan Phaholyothin  dan jalan Kamphaeng Phet 

Hampir semua jenis hal-hal yang menjual di pasar dari Foods, Fashions, Hewan, Pohon, Kerajinan, Furniture dan dekorasi rumah, Antique, Souvenirs, produk lokal, Buku, toko tangan kedua dan hampir semua hal yang dapat Anda pikirkan. Harga produk di Chatuchak Market lebih rendah dari Shopping Mall dan kawasan pusat kota seperti Silom dan Sukumvit, tergantung pada seni Anda tawar-menawar. 

Di Chatuchak ini, orang yang suka belanja pasti betah berlama-lama, dan perlu menyisihkan waktu seharian penuh untuk menjelajah dan memburu barang-barang yang menarik dan sepertinya memang lebih banyak yang menarik. Karena barang apapun tersedia di sini, termasuk makanan/kuliner Thailand .

 
Aneka pakaian dan barang semi antik 


SUNDAY market atau pasar akhir pekan sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia. Hanya saja di tanah air, potensi pasar yang hanya buka pada hari-hari tertentu belum digarap secara serius. Padahal sunday market memiliki prospek ekonomi dan pariwisata yang luar biasa.
Contohnya adalah Pasar Chatuchak di Bangkok, Thailand telah memberikan keuntungan ekonomi yang besar buat masyarakat dan magnet yang kuat untuk para wisatawan.


 

Dari bentuknya, Pasar Chatuchak yang berdiri di atas lahan seluas sekitar 3,5 hektar ini sesungguhnya tak jauh berbeda dengan pasar-pasar tradisional di Jakarta. Hanya saja, pasar yang beroperasi hanya pada Sabtu dan Minggu ini ditata dengan demikian apik dan dikelola nuansa modern. Meski jumlah kiosnya mencapai 3.600 unit, dengan penataan yang baik, Chatuchak tak terkesan kumuh. Penampilannya sangat menarik dan bersih sehingga nyaman untuk dikunjungi.

Jalan ditutup khusus untuk berjualan di akhir pekan 
Tak hanya itu, tidak seperti pasar biasanya, Chatuchak yang terletak di kawasan Kamphaeng Phet ini tidak berdampak pada kemacetan lalu lintas. Padahal hampir sebanyak 200 ribu pengunjung mendatangi pasar ini setiap akhir pekan.
Omsetnya disebut-sebut mencapai 12 juta baht atau sekitar Rp3,6 miliar perhari. Warga Thailand atau wisatawan mancanegara berburu berbagai macam barang di pasar ini. Setiap blok (ada 26 blok) menjajakan dagangan yang berbeda mulai dari pakaian/aksesoris, kerajinan, keramik, makanan, tanaman, buku, hingga pakaian bekas.

HARGA MURAH
Besarnya animo pengunjung tidak dipungkiri lantaran murahnya harga barang yang dijual di pasar yang beroperasi mulai pukul 07:00 hingga pukul 21:00 ini.
Para pedagang di Chatuchak bukan hanya berasal dari Bangkok, tapi juga provinsi lain di Negeri Gajah Putih itu. Menurut Channarong, 47, seorang pedagang untuk menjajakan dagangannya di pasar ini ia harus merogoh kocek sekitar 4.500 baht atau sekitar Rp1.350.000 perbulan.
Retribusi tersebut diperuntukkan untuk pembayaran uang sewa kios, kebersihan dan keamanan. Namun tarif ini tidaklah sama antara satu toko dengan yang lainnya. Harga sewa disesuaikan dengan lokasi kios.
Beberapa kios yang letaknya strategis bisa dibandrol dengan harga 15.000 baht atau setara dengan Rp4,5 juta setiap bulannya. Namun Channarong mengaku besaran retribusi itu tidak membuat dirinya terbebani lantaran omset yang dihasilkannya cukup besar. “Setiap akhir pekan biasanya omset dagang bisa mencapai 50 ribu baht atau sekitar Rp15 juta,.
 
Berbagai kuliner tradisional 
HARUS MAMPU BERSAING
Pemberdayaan terhadap pedagang kaki-5 dan pasar tradisional harus segera dilakukan. Bukan hanya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, namun sebagai langkah antisipasi era perdagangan bebas yang akan berlangsung 2015. “Di era tersebut siapa yang tidak mampu bersaing akan tergilas. Begitupun pedagang Kaki-5 dan pasar tradisional, yang harus dibina sehingga dapat bersaing dengan pasar modern.via : Pos kota dan sumber lain

Informasi terkait lainnya dapat dilihat di : http://kotakitaku.blogspot.com/