Sunday, 22 December 2013

Museum Tambang Garam di Dalam Bumi Romania

salina turda salt mines turned subterranean history museum

Menurut sejarah zaman dahulu tentara Rumawi digajinya tidak dengan uang kepeng tetapi dengan garam yang nantinya ditukarkan dengan barang lain kebutuhan sehari hari. Tambang garam di Rumania tidak seperti di Indonesia yang diproduksi dari penguapan air laut di pantai tetapi di dalam tanah yang dalam dan jauh dari lautan. Di Indonesia juga terdapat tambang bawah tanah terbesar di dunia yang harganya berlipat lipat dari garam yaitu tambang emas di Papua

Tambang Terezia di kedalaman 120 m   Gambar : © nexttriptourism

Pemerintah Rumania membuat museum tambang garam Turda  yang dulunya telah ditambang sejak abad ke 17 yang memberikan kesejahteraan kepada penduduk di sekitarnya.Kini tambang tersebut dibuat menjadi museum yang artistik dengan bahan yang banyak menggunakan kayu dan aluminium, bukan dengan besi agar tidak mudah berkarat.

Museum ini di kedalaman tanah sejauh 400 meter dari permukaan bumi dengan  banyak fasilitas yang ditawarkan seperti amphiteater 180 kursi, meja ping-pong, mini golf, dan bowling. Tersedia juga sebuah danau kecil dan bisa berlayar dengan  perahu sewaan untuk melihat keindahan stalagnit seluruh gua.



Penambangan garam di bawah tanah ini memerlukan modal yang besar untuk biaya produksinya, sedangkan bila dibandingkan di Indonesia yang mempunyai garis pantai yang panjang pembuatan garam lebih murah dengan menguapkan air laut.

Dari total produksi garam dunia sekitar 240 juta ton per tahun, Indonesia hanya mampu menghasilkan 1,2 juta ton. Sedangkan produsen terbesar garam di dunia dipegang China dengan produksi 48 juta ton per tahun, diikuti India (16 juta ton), Australia (12 juta ton), Thailand (3 juta ton), dan Jepang (1,4 juta ton)

Harga di petani di saat panen hanya maksimal Rp 500-Rp 600 per Kg, kadang kadang hanya Rp 200/kg. Panen hanya dilakukan di saat musim kemarau karena di saat musim hujan tidak dapat berproduksi.Untuk itu seharusnya banyak disiapkan banyak gudang garam, tetapi petani tidak mampu membangun gudang permanen. Gudang semi permanen miliknya yang di dekat tambak sering dibobol maling ketika harga garam mahal di musim hujan.


Indonesia tetap mengimpor garam meskipun laut dan pantainya luas. Di Juni 2013, impor garam yang dilakukan Indonesia mencapai 112 ribu ton atau senilai US$ 5,6 juta. Selama enam bulan (Januari-Juni 2013), impor garam tercatat mencapai 923 ribu ton atau senilai US$ 43,1 juta.






Lalu dari mana garam itu diimpor?

Berdasarkan data laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutipdetikFinance, Selasa (6/8/2013), garam impor banyak berasal dari negara-negara yang berlokasi tidak jauh dari Indonesia.

1.Australia
Australia merupakan pemasok garam terbesar untuk Indonesia. Pada Juni 2013, impor garam yang dilakukan Indonesia dari Australia mencapai 111 ribu ton atau US$ 5,4 juta.
Sementara, bulan sebelumnya (Mei 2013) garam impor yang masuk dari Australia adalah sebesar 98 ribu ton atau US$ 4,8 juta. Secara kumulatif (Januari-Juni 2013), impor garam dari Australia tercatat 733 ribu ton atau US$ 34,2 juta.

2.India 
Pada Juni 2013, India memang tidak memasok garam ke Indonesia. Namun untuk Mei 2013, garam impor dari India mencapai 47 ribu ton atau senilai US$ 1,97 juta. Jika diakumulasi pada semester I-2013, total impor garam dari India adalah 189 ribu ton atau US$ 7,89 juta.

3.Jerman 
Volume impor dari Jerman di Juni 2013 mencapai 34 ton atau US$ 119 ribu. Bulan-bulan sebelumnya, impor garam dari Jerman tidak terlalu berbeda jauh. Dalam enam bulan, impor garam dari Jerman mencapai mencapai 177 ton atau US$ 445 ribu.

4.Selandia Baru
Impor garam dari Selandia Baru pada Juni 2013 mencapai 48 ton atau US$ 19 ribu. Sementara pada Mei 2013, garam impor dari Selandia Baru mencapai 480 ton atau US$ 194 ribu. Sementara pada periode Januari-Juni 2013, total impor garam dari Selandia Baru mencapai 816 ton atau US$ 325 ribu.

5.Singapura. 
Jumlah impor garam dari Singapura pada Juni 2013 mencapai 293 kg atau US$ 1.012. Selama Januari-Juni 2013, garam impor dari Singapura yang masuk mencapai 7,2 ton atau US$ 57 ribu. Selain itu ada kumpulan negara-negara lain dengan total impor garam selama Juni 25,3 ton atau US$ 4.370 dan semester I-2013 sebesar 663,9 ton atau US$ 142 ribu.

Ruang pertama sebelum menuju tambang Tereza yang masih beberapa meter dibawahnya.               Gambar : © nexttriptourism

Impor garam RI dari negara lain :
  • Australia                  733 ton
  • India                         189 ton
  • Jerman                     177 ton
  • Selandia Baru         816 ton
  • Singapura                 7,2 ton           
  • Negara Lainnya   663,9 ton 


view dari permukaan dibawah danau    image © nexttriptourism

Garam di RI merupakan komoditas strategis karena semua orang mengkonsumsinya antara lain di industri pangan, kosmetik, farmasi, pabrik kertas dan perusahaan pengeboran minyak  Karena itu, banyak orang berlomba-lomba mendapatkan keuntungan dan impor garam ini dari pada mendirikan industri.

Pengurangan impor garam diperlukan peningkatkan produksi garam dalam negeri melalui inovasi dan teknologi. Peningkatan produksi garam dengan inovasi bisa mencapai 47 persen dari 70 ton per hektar dengan cara konvensional menjadi 100 ton per hektar.



Sementara dari sisi kualitas ada peningkatan dari 80 persen menjadi 94 persen. Hanya butuh 4 persen lagi untuk industri. Hal Ini luar bisa mengurangi impor garam industri yang lebih masif dari pada garam konsumsi.


various wooden-bodied attractions with tube lighting image © nexttriptourism
Pembukaan Lahan garam di NTT  sangat mendukung pengembangan program swasembada 
garam karena memiliki musim kering yang sangat panjang. Hal ini sangat berbeda dengan 
kondisi di Pulau Madura.

Berdasarkan data BBTPPI kekurangan konsumsi garam beryodium mencapai 201.127.800 
kilogram per tahun atau setara  dengan 57.465.086 orang memerlukan garam beryodium di 
sembilan provinsi. Yakni Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara 
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
(via :rakyatmerdeka)

Tambang Rudolf                           image © salinaturda

Sejak program pemberdayaan usaha garam rakyat (pugar) digulirkan di Madura pada 2011, 
produktivitas dan harga garam sebetulnya telah menunjukkan trend perbaikan. Saat ini
produksi garam pugar di Madura mencapai 400.940 ton dengan luas lahan 4.482 ha,
produktivitasnya mencapai 89,45 ton/ha. Sebelumnya, produksinya hanya menghasilkan
 40-60 ton/ha, Harga pun sedikit  membaik dari sebelumnya yang masih berkisar Rp 150- 
Rp 200 per kg di saat panen di musim kemarau.

Sumenep sebagai salah satu sentra garam nasional, dengan luasan lahan 2.088 ha, pada 2011
baru dapat menghasilkan garam sebesar 154.275 ton dengan produktivitas 76,20 ton/ha. Namun
pada tahun lalu, dengan lahan seluas 1.977 ha, produksinya telah meningkat jadi 213.887 ton 
dengan produktivitas 108,08 ton/ha.  Tahun ini, kendati tak luput dari masalah anomali cuaca, 
produksi garam di Sumenep masih dapat mencapai 84.047 ton dengan produktivitas 55,34 ton/ha.

 
view dari bagian dasar tambang yang terdalam      Gambar : © nexttriptourism

Selain dari garam rakyat,  meningkatnya produksi nasional pada tahun ini juga didukung oleh 
pasokan dari PT Garam. Tahun lalu saja BUMN yang memiliki lahan seluas 5.700 ha mampu 
memproduksi 385.000 ton garam dengan produktivitas berkisar antara 67,54 ton per ha.

Elevasi pedestrian diatas Amphiteater dan arena olahraga arena.
Ribuan garis nampak di dinding yang digerus oleh pekerja Gambar : © nexttriptourism


Kenapa Indonesia negeri Bahari Impor garam ?

Selain kalah dari sisi volume, garam lokal juga tak bersaing dari sisi harga dengan garam impor.
Harga Garam lokal sesuai ketentuan kementerian perdagangan Rp 750 per Kg sementara garam
impor hanya Rp 540 per Kg. Faktanya saat ini petani garam lokal mau tidak mau harus 
menerima pil pahit dengan menjual garamnya sesuai dengan harga impor. 

Sesuai dengan iklim, jangka waktu produksi negara-negara asal impor garam seperti Australia
dan India tergolong lebih panjang dibandingkan dengan Indonesia.Harga impor  tergantung kapasitas produksi. Australia yang masa produksinya bisa 11 bulan, Indonesia cuma 4 bulan (musim kemarau saja).
Dengan lamanya masa produksi, beberapa  negara seperti Australia dan India bisa mengekspor garam ke Indonesia dengan jumlah yang besar sepanjang tahun.Walaupun hanya 4 bulan dengan panjang pantai 
yang ada di Indonesia sebetulnya bisa dipenuhi dalam negeri bila area diperluas. Petani garam 
pada saat lain menggunakan area tersebut untuk tambak ikan Mujaer, Udang dan Bandeng. 


Semakin banyak produksi maka cost produksinya semakin rendah bila dibandingkan produksi 
sedikit, Dengan banyaknya impor garam yang masuk ke Indonesia, membuat banyak petani  
mau tidak mau harus menurunkan harga garamnya mengikuti harga garam impor. Harga garam 
petani dari pemerintah sejatinya untuk kualitas I Rp 750 per kg, sementara harga garam impor 
hanya Rp 540 per kg. Di pasaran harga sering jauh dibawah ketetapan pemerintah.


Pada saat ini ada empat pemegang importir terdaftar (IT) garam. Selain PT Garam, salah 
satu pemegang IT garam tersebut adalah PT Garindo.

Lahan produksi garam  tersebar di 9 (Sembilan) propinsi yaitu Nanggro Aceh Darusalam, 
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

Pada umumnya desain dan konstruksi tambak garam rakyat terdiri dari petak-petak evaporasi 
dan kristalisasi (petak produksi garam) yang berukuran relatif kecil, sempit dan dangkal 
serta petak penampungan (tandon air) yang secara umum tata letaknya mengelilingi petak 
evaporasi dan kristalisasi. Desain dan konstruksi yang seperti ini menjadikan lahan tambak 
garam produktivitasnya masih sangat rendah karena hanya mengandalkan produksi garam
krosok pada musim kemarau, sementara pada musim hujan tidak bisa berproduksi secara 
maksimal untuk budidaya ikan dan udang karena masalah desain dan konstruksi tersebut.

Kualitas garam yang dihasilkan oleh Petambak memiliki kadar NaCl di bawah 94%, 
sedangkan garam konsumsi harus memenuhi kadar NaCl > 94,7% dan garam industri di 
atas 99% (dry basis). Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus
diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri. Pembuatan 
garam dapat dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl 
nya sebagai unsur utama garam., Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%, baik 
kadar NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan 
adalah yang kandungan garamnya di atas 95%.

Ruang Tunggu              image © nexttriptourism

Bagaimana meningkatkan produksi garam Nasional ?
Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Jawa Barat M Taufik menegaskan 
teknologi geomembran sebagian telah diterapkan di tambak garam di Jawa Barat khususnya
Kecamatan Suranenggala dan Kapetakan Kabupaten Cirebon. Dia menjelaskan peningkatan 
produksi garam dengan geomembran bisa dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan 
budidaya tradisional, yakni bisa mencapai 150-200 ton per hektare, sedangkan dengan cara 
tradisional produksinya hanya 70-90 ton per hektare.
Petambak garam di Jabar belum semua menerapkan teknologi geomembran karena perlu 
investasi yang cukup besar sekitar Rp 21 juta per hektar.

Sejumlah petambak garam di daerah Kecamatan Suranenggala dan Kapetakan Kabupaten 
Cirebon telah memadukan berbagai teknologi budidaya garam seperti teknologi ulir, 
ramsol, geomembran dan bunker yang menyempurnakan teknologi geomembran.
Teknologi geomembran dari PT Garam sebenarnya kurang maksimal dalam proses penguapan 
air tambak. 

Teknologi Bunker dapat mengatasi kelemahan dari teknologi geomembran.
Mudah2an dengan inovasi teknologi dan kemauan membuka areal baru di  Daerah NTT 
yang kemaraunya lebih panjang dan kondisi alamnya seperti Madura, maka dapat dijadikan 
sebagai alternatif lumbung garam nasional setelah Madura.
Indonesia bisa menutupi kebutuhan garam industri sebesar 1,2 juta ton per tahun dan tidak perlu
 alasan klasik untuk impor lagi.
elevator shaft          image © nexttriptourism


Target Swasembada Garam Industri Nasional pada tahun 2015 diharapkan akan dapat tercapai
dan impor garam industri tidak diperlukan lagi. Langkah langkah BUMN PT.Garam dan Kementerian
Kelautan perlu untuk membina petani/petambak garam dengan inovasi teknologi, memperluas 
area usaha kerakyatan dan pembangunan beberapa gudang penampung garam untuk menstabilkan pasokan 
garam dan kestabilan harga. Hal ini  diharapkan tidak hanya menjadi wacana saja seperti yang 
terjadi di tahun tahun sebelumnya.


 Gambar sejarah dari situs (kiri) oleh  j. von fichtel, 1780 
Kondisi saat ini (kanan) view dari danau Durgau dan pintu masuk Tambang

Gambar Video

Salina Turda Cinematic.mov



SALINA TURDA 2012

Via : designboom dan lain lain